Tak sedikit orang yang belum mengetahui perbedaan disabilitas dan difabel, bahkan banyak yang menganggap sama kedua istilah tersebut. Lantas, apa perbedaan dari disabilitas dan difabel? Mari simak jawabannya berikut ini.
Disabilitas dan difabel merupakan istilah yang menggambarkan keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Meski secara garis besar sama, ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Terkadang, salah dalam menempatkan kata-kata tersebut dapat menimbulkan sentimen yang berbeda.
Apa Itu Disabilitas dan Difabel?
Secara umum, disabilitas adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Ada beberapa jenis disabilitas, di antaranya:
- Disabilitas fisik, seperti gangguan gerak yang menyebabkan penderitanya tidak bisa berjalan
- Disabilitas sensorik, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan
- Disabilitas intelektual, seperti kehilangan ingatan
- Disabiltas mental, seperti fobia, depresi, skizofrenia, atau gangguan kecemasan
Sementara itu, difabel adalah istilah yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan yang mereka miliki.
Artinya, seorang yang difabel bukanlah tidak mampu, melainkan hanya terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu. Kondisi seorang difabel juga bisa diperbaiki dengan alat bantu yang membuatnya jadi mampu melakukan aktivitasnya seperti semula.
Apa Perbedaan Disabilitas dan Difabel?
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah disabilitas dan difabel sebenarnya tidak jauh berbeda. Perbedaan keduanya dapat terlihat dari penggunaan istilah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, seorang pelajar yang menderita disleksia bisa disebut sebagai penyandang disabilitas, karena ia tidak bisa membaca dengan normal. Namun, ia juga bisa dikatakan difabel karena kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, seperti saat membaca buku pelajaran.
Disleksia adalah salah satu disabilitas yang sulit disembuhkan, tetapi bisa diatasi. Pelajar tersebut bisa menggunakan rekaman atau video untuk belajar. Dengan begitu, sifat difabelnya akan berkurang karena ia tetap bisa memenuhi aktivitasnya sehari-hari, meski sebenarnya ia tetap memiliki disabilitas.
Itulah mengapa sebutan difabel menjadi lebih halus dibandingkan dengan disabilitas. Hal ini karena ada derajat ringan dan berat pada kata difabel. Sementara itu, dengan menyebut pelajar tadi sebagai seorang penyandang disabilitas, seakan-akan kita tidak melihat usahanya untuk mengatasi keterbatasannya.
Setelah memahami perbedaan disabilitas dan difabel, sekarang Anda diharapkan dapat lebih menunjukkan rasa empati dan tidak merendahkan penyandang disabilitas. Justru bantulah mereka untuk mengatasi keterbatasannya.
Namun, jika Anda tidak mampu, setidaknya bersikaplah biasa seperti Anda bersikap kepada orang pada umumnya. Apabila Anda ingin mendapatkan informasi lebih jauh mengenai kondisi disabilitas atau difabel, jangan ragu untuk bertanya ke dokter.
1 komentar
EDI HENDRARDI, Saturday, 26 Aug 2023
Maap, dlm sudut pandangku kalo disabilitas menunjukkan kondisi
Kalo difabel menunjukkan orang
Kalo mo disamakan:
“Penyandang” disabilitas = difabel
Jadi perbedaan bukan pada penggunaan etika yg lebih halus